Adi Setiawan setelah mengambil race pack collection di Alun-Alun Kota Surabaya

Sejarawan Ady Setyawan Apresiasi Rute GFR 2024: Cocok Sebagai Rangkaian HJKS

Sejarawan sekaligus founder komunitas Roodebrug Soerabai, Ady Setyawan turun dalam Green Force Run 2024. Pria lulusan ITS itu selama ini memang malang melintang mengikuti sejumlah event lari di Indonesia.

Ady merasa wajib ikut Green Force Run 2024 setelah ia melihat rute event ini sangat seru. Sangat related dengan hobinya menelusuri jejak sejarah perang.

Ady Setyawan sendiri turun di kategori half marathon, 21 km. Ia mengaku langsung tertarik ikut ketika tahu rute Green Force Run 2024 melintasi titik-titik sejarah perjuangan di Kota Surabaya.

"Saya mengapresiasi panitia dengan memilih start dan finis di Tugu Pahlawan. Tugu Pahlawan itu tanda sekaligus alasan kenapa Surabaya dapat julukan Kota Pahlawan," ujarnya.

Apalagi kategori half marathon melintasi beberapa titik yang menjadi saksi perjuangan Arek-Arek Suroboyo bertempur menghadapi penjajah. Ada kawasan Kota Tua yang baru saja direvitalisasi oleh Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi.

Ada juga Jembatan Merah dan tentunya Jalan Tunjungan. "Kita semua tamu pertempuran paling hebat dan besar di Kota Surabaya terjadi di titik-titik itu. Ada Jembatan Merah yang menjadi lokasi tewasnya Jenderal Mallaby. Ada Hotel Yamato (kini Hotel Majapahit) tempat perobekan bendera Merah Putih Biru," jelas Ady.

Rute-rute spesial itu menurut Adi membuat Green Force Run 2024 layak masuk dalam rangkaian Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS).

"Menurut saya sambil lari bisa sambil belajar sejarah. Merefleksikan bagaimana Surabaya itu memang layak disebut sebagai Kota Pahlawan," ujarnya.

Baca Juga: David Kibet Pelari Asal Kenya Siap Taklukan Half Marathon Green Force Run 2024

Ady dan komunitasnya Roodebrug Soerabai selama ini banyak berkontribusi membangkitkan lagi kenangan akan luar biasanya sejarah pertempuran di Surabaya. 

Ia termasuk penggagas acara Tetrikal Pertempuran Surabaya yang kini juga sudah menjadi event tahunan di Surabaya.

Event treatrikal itu menunjukkan bagaimana pertempuran Surabaya yang terjadi sepanjang jalan dari Jembatan Merah ke Hotel Yamato di Jalan Tunjungan.

Tak hanya itu, Adi juga yang menggagas agar Bentang Kedung Cowok direstorasi untuk kawasan wisata sejarah.

Ia saat itu terlibat dalam penelitian yang membawanya sampai ke Normandia di Prancis. Penikmat film berlatar belakang sejarah tentu paham Pantai Normandia yang menjadi titik pendaratan tentara Sekutu dalam membebaskan Eropa dari Nazi.

Pantai Normandia itu muncul sebagai latar belakang film The D (2016) dan Saving Private Ryan (1998).

Di Eropa, Ady berburu data sejarah berupa blue print benteng-benteng perang. Hasil risetnya itu kemudian dia bukukan, dan ia jadikan hadiah ulang tahun Surabaya dengan judul: Benteng-Benteng Surabaya.

Ady berharap Green Force Run 2024 terus mendapatkan support dari Pemkot Surabaya sebagai signature event lari di Surabaya. Apalagi konsepnya sangat cocok dengan Kota Pahlawan. 

"Agar event seperti ini bisa jadi wisata sejarah sekaligus sports tourisme untuk Surabaya," ujar pelari yang pernah ikut Singapore Marathon itu.(*)